Nama itu bisa dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo.
Otonomi.co.id - Minangkabau merupakan salah satu suku yang mendiami Pulau Sumatera sejak ribuan tahun lalu. Menurut Legenda Tambo Alam Minangkabau, daerah-daerah yang terbagi di daratan Padang saat ini, dimulai sejak masa kekuasaan Ninik Sri Maharaja Diraja yang merupakan putra dari Alexander The Great (Iskandar Zukarnain).
Dilansir dari Belajar Kemendikbud, Kamis 29 Desember 2016, nama Minangkabau berasal dari dua kata yang berbeda yakni Minang dan Kabau. Nama itu bisa dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo.
Dari tambo disebutkan bahwa pada suatu masa, ada satu kerajaan asing atau biasa disebut Kerajaan Majapahit yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk mencegah pertempuran terjadi, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau.
Pasukan Majapahit akhirnya menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif. Sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang lapar. Saat pertempuran itu, anak kerbau yang lapar itu mengira bahwa kerbau besar tersebut adalah induknya. Maka kerbau itu langsung mengejar dan mencari susu hingga mencabik-cabik perut kerbau besar itu.
Kemenangan itu menginspirasi masyarakat setempat memakai nama Minangkabau, yang berasal dari Manang Kabau yang artinya menang kerbau. Kisah ini juga bisa dijumpai dalam Hikayat Raja-raja Pasai dan juga menyebutkan bahwa kemenangan itu menjadikan negeri yang sebelumnya bernama Periaman (Pariaman) menggunakan nama tersebut.
Selanjutnya penggunaan nama Minangkabau juga digunakan untuk menyebut sebuah nagari, yaitu Nagari Minangkabau, yang terletak di kecamatan Sungayang, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat.
Tambo Alam Minangkabau menceritakan, negeri pertama di Minangkabau adalah Nagari Pariangan yang terletak di kaki Gunung Merapi, salah satu gunung api di Pegunungan Bukit Barisan. Ada banyak versi soal nenek moyang pertama ini.
Salah satu versi tambo adalah, nagari ini dibangun oleh Maharaja Diraja, putra dari Iskandar Zulkarnain atau Alexander the Great. Ketika bumi dilanda banjir besar, Maharaja Diraja ini berlayar sampai mendarat di Puncak Gunung Marapi.
Saat banjir surut, Maharaja dan pengikutnya kemudian turun mencari daerah bermukim yang kini disebut Nagari Pariangan. Dari Pariangan inilah, kebudayaan Minangkabau menyebar ke tiga penjuru. Ke sisi barat Gunung Marapi, ada Luhak Agam; ke sisi utara, Luhak 50 Koto dan sisi selatan, Luhak Tanah Datar.
Sistem Matrilineal
Suku Minangkabau sejak dulu hingga kini terkenal dengan sistem matrilineal, yakni lebih menjunjung tinggi peran wanita dalam sebuah keluarga atau dalam masyarakat. Awal mula sistem ini saat kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Adityawarman datang ke Padang untuk menjajah.
Demi kemaslahatan rakyat, para datuk menyusun strategi agar perang dapat dihindari. Saat pasukan kerajaan Majapahit datang mereka bukan disambut oleh tentara perang, melainkan dengan acara penyambutan tamu kerajaan. Ternyata alih-alih penyambutan tersebut adalah untuk menjodohkan Adityawarman dengan putri datuk yang bernama Puteri Jamilan.
Melihat sikap Adityawarman yang menunjukkan penerimaan, para datuk menyusun strategi lain, yaitu: agar semua warisan tidak jatuh ke tangan Adityawarman melainkan ke Puteri Jamilan agar warisan tersebut dapat dibagikan ke seluruh keluarga kerajaan Padang.
Jadilah hal tersebut mendarah daging di masyarakat, yaitu sistem matrilineal yaitu suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu. (ita)
Demikian artikel tentang Ini Asal Usul Terbentuknya Suku Minangkabau ini dapat kami sampaikan, semoga artikel atau info tentang Ini Asal Usul Terbentuknya Suku Minangkabau ini, dapat bermanfaat. Jangan lupa dibagikan juga ya! Terima kasih banyak atas kunjungan nya.